Sudah beberapa waktu lalu ingin
menuliskan tentang hal ini. Ya, mungkin sudah banyak yang tau tentang balasan berniat
baik. Seperti yang saya tulis pada judul postingan di atas. Niat baik saja
sudah dicatat satu kebaikan atau diberikan satu pahala.
Kisah ini sudah berulang saya
alami. Tepatnya beberapa pecan yang lalu. Awalnya hanya menawarkan untuk makas
siang bareng salah satu teman. Saya kirim SMS seperti biasa kepadanya. “Boy,
ayo iuran, makan siang”. Maksudnya mengajak iuran untuk makan siang bareng. (meski
sebenarnya saya kirimkan pesan singkat itu dengan bahasa jawa).
Karena ada sedikit salah
pengertian, dia menjawab “Ayo..”. Segera setelah sholat dluhur, saya meluncur
ke tempatnya kerja. Sampai disana, dia malah mengajak ke masjid untuk sholat. Karena
penangkapan dia tadi saya mengajak untuk wudlu. Sedangkan dia sendiri sedang
puasa sunnah. Karena kebetulan hari itu adalah hari kamis.
Huft, jadi sedikit kesal. Akhirnya
saya tidak jadi makan siang bareng dengan teman saya tadi. Dan kahirnya sayapun
tak jadi makan pada siang itu.
Sore menjelang ketika saya sampai
di rumah. Usai membersihkan diri, saya langsung bercengkrama dengan si kecil. Maklum,
anak baru satu dan lagi lucu-lucunya karena usianya yang baru satu tahunan.
Baru beberapa saat menggendong si
kecil, ada seseorang dengan sepeda motor menuju rumah kecil kami. Dan sungguh
tidak disangka-sangka, seorang teman dengan membawa empat buah durian yang
lumayan besar-besar. Belum sempat turun dari motornya, dia menanyakan suka
makan durian atau nggak. “Mas, suka makan durian atau gak mas?” Kemudian dia
turun dan membawa empat buah durian itu ke dalam rumah.
Akhirnya, saya, istri saya, teman
saya dan termasuk si kecil makan durian sore itu. Hmm.. nyammi pokoknya deh. Sungguh
tak menyangka akan ada yang mengirim durian ke rumah. Namun, saya kembali
berfikir, apakah hal itu hanya sebuah kebetulan saja? Atau memang ada sebuah
hubungan sebab dan akibat dari apa yang sudah kita kerjakan sebelumnya?
Kemudian saya kembali berfikir,
apakah hal ini adalah sebuah akibat dari niat baik saya untuk mengajak makan
siang bareng kepada teman saya beberapa waktu sebelumnya? Ya, tentunya hal itu
hanya sebuah dugaan saja.
Sebuah kejadian serupa juga baru
saja terulang. Sebuah SMS saya kirimkan kepada seorang teman. “Nang, ayo makan
siang”. Karena waktu sholat sudah mendesak, maka saya tak sempat membaca SMS balasannya.
Saya pun segera sholat berjamaah di masjid.
Selesai mengikuti sholat
berjamaah di masjid, saya baru membuka SMS balasan darinya. “Aku punya lele
mas, ke mess saja makan siang di sini” tulisnya. Sayapun meluncur ke
mess di tempat kerjanya. Selang beberapa menit menunggu dia sholat dluhur,
akhirnya saya makan siang bareng dia dengan lele yang… hmm nyammi…
Saya pun kembali teringat dengan
salah satu hadits Rasulullah SAW tentang balasan satu niat kebaikan. Hadits tersebut
sebagaimana saya kutip berikut ini :
Dari Ibnu Abbas ra. dari Rasulullah SAW dari apa yang beliau riwayatkan
dari Robbnya tabaaroka wa ta’ala beliau berkata: “Sesungguhnya Allah ‘azza wa
jalla telah menetapkan kebaikan dan keburukan kemudian menjelaskannya. Barang
siapa yang berkeinginan untuk berbuat kebaikan kemudian dia tidak melakukannya,
Allah mencatat baginya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berkeinginan
melakukan kebaikan kemudian ia melakukannya, Allah mencatat untuknya 10-700
kali lipat kebaikan sampai tidak terhingga. Jika dia berkeinginan untuk
melakukan kejelekan kemudian dia tidak mengamalkannya, Allah mencatat baginya
satu kebaikan yang sempurna. Jika dia berkeinginan melakukannya, kemudian dia
melakukannya maka Allah mencatat baginya satu kejelekan.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Jelas sekali dari hadits di atas
bahwa apa yang kita niatkan sudah dicatat sebagai satu amal kebaikan. Dan tak
menutup kemungkinan akan mendapat balasan langsung dari Allah. Tak perlu
menunggu lama, tak perlu menunggu di hari perhitungan dan pembalasan.
Buktinya adalah apa-apa yang kita
alami sehari-hari. Tentunya dengan sedikit perenungan. Karena tanpa melalui
perenungan, maka hati kita akan menjadi keras. Merenung tentang kurangnya amal
ibadah kita tentu lebih utama. Apa-apa yang kita alami bukanlah semata-mata
sebuah kebetulan semata. Melainkan adalah sebuah hubungan sebab akibat yang
saling terhubung dan berkaitan.
Satu hadits lainnya tentang
keutamaan niat adalah tentang keikhlasan dalam niat, sebagaimana dalam kutipan berikut
:
"Dari Amirul Mukminin, Umar bin Khatthab radhiallahu 'anhu, beliau
berkata: Sesungguhnya seluruh amalan itu bergantung pada niatnya dan setiap
orang akan mendapatkan ganjaran sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barang
siapa yang berhijrah karena Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya menuju
keridhaan Allah dan rasul-Nya. Barang siapa yang berhijrah karena mencari dunia
atau karena ingin menikahi seorang wanita, maka hijrahnya tersebut kepada apa
yang dia niatkan." (HR. Bukhari no. 1, Muslim no. 155, 1907)
Kini saatnya kita untuk terus
menata niat baik kita agar apa yang kita lakukan akan mendapatkan keridhaan
Allah SWT. Niat untuk terus memperbaiki diri dan meningkatkan amal ibadah. Semoga
kita diberikan kekuatan untuk melakukannya. Amiin.
Wallahua’lam.
subhanallah,,, islam emang agama yang paling sempurna ,,,,
ReplyDeleteya.. hanya saja kita yang sering melupakannya... thanks atas komennya...
Delete