Hidup dengan tenang adalah idaman setiap insan. Sebab kegaduhan hanya
akan menyiksa jiwa dan menyisakan luka di jiwa.
Banyak orang menganggap setelah sukses di puncak karir, terkumpulnya
harta, tercukupinya kebutuhan, cerahnya masa depan, bahkan pasangan, menjadi
ukuran hadirnya ketenangan hidup.
Faktanya bisa sebaliknya.
Tentramkan Jiwamu Agar Kualitas Hidupmu Melejit Jauh dari
prasangkamu.
Apa kuncinya??
Kita tidak perlu melawan kehendak Yang Maha Besar. Kita hanya perlu
memahaminya, lalu belajar berdamai dengan diri kita bahwa itulah yang terbaik
untuk kita.
Sebab jika Allah hendak menciptakan peristiwa dan memberlakukan
kehendakNya, Ia menyiapkan semua sebab-sebabnya dan terjadilah semua takdirNya.
Berhasil membaca kehendakNya dalam hidup kita akan memberi kita
ketenangan jiwa yang tak kan tergoyahkan.
Sayangnya jujur pada diri sendiri, sekarang ini menjadi barang langka
yang susah mencarinya. Antara menerima takdir dan menolaknya kadang silih
berganti menggulirkan perjuangan yang tak pernah sepi menuntut pengorbanan.
Padahal rela akan takdir Allah dan tetap husnudzan padaNya menjadi
kunci ketenangan jiwa, melejitkan kualitas hidup dan selalu melahirkan
bahagia.
Bukankah Allah tak menyiakan hambaNya.
"Dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya”
(Fushshilat:46)
Dengan itu kita bisa mencintai yang harus si jalani. Menikmati setiap
sisi hidup ini sepenuh rasa disyukuri dan di sabari.
Karenanya begitu indah sikap Ibnul Qoyyim rohimahullah atas semua
takdir yang terjadi. Beliau mengatakan,
فإن المقدور يكتنفه أمران :
الإستخارة قبل وقوعه،
و الرضى بعد وقوعه.
“Sesungguhnya suatu hal yang ditakdirkan berporos pada dua hal: (1)
Istikhoroh (meminta Allah pilihkan) sebelum terjadinya, dan (2) Ridho setelah
terjadinya”.
فمن سعادة العبد أن يجمع بينهما
“Maka merupakan bagian dari kebahagiaan seorang hamba mampu
mengumpulkan dua perkara di atas” [Mawaaridul amaann hal. 56-57]
Wallahua'lam bishawab.
No comments:
Post a Comment