PPCBlogger

Bebas Bayar

bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online
Showing posts with label Kisah Teladan. Show all posts
Showing posts with label Kisah Teladan. Show all posts

BANYAK KEKASIH ALLAH YANG TIDAK KITA KENAL

 (Kumpulan kisah para manusia langit)

 

Saya, seorang Perencana Keuangan di Jakarta punya banyak klien dari kalangan artis. Dia cerita, waktu itu pernah dicurhati seorang artis yang tiap hari nongol di Televisi, terkenal dimana-mana, tetapi buat bayar cicilan mobil 5 juta saja tidak punya. Gaya hidup akhirnya meremukkan hidupnya.

Saya pernah kenal seorang Presenter TV Nasional. Kalau sedang tampil rapih, pakai jas rapih sekali. Hanya sekali ketemu di seminar, dia minta nomer HP. Sebulan kemudian dia SMS, "Mas, saya pinjam uangnya 1 juta bisa..? Minggu depan saya kembalikan.."

Tahun 2009 malah ada Vokalis Band terkenal, saya kenal sejak 2003. Ketika dulu masih kerja di EO, sering saya ketemu waktu saya jadi stage manager. Lagunya ngehits di semua Radio. Satu sore ngajak ketemu, ujung-ujungnya pinjam uang dengan alasan ini itu. Dan sampai hari ini tidak pernah dikembalikan hingga tahun-tahun berlalu.

Kisah Ust. Luqmanul Hakim gak kalah unik. Waktu masih kuliah S2 di Malaysia, dia diundang makan di sebuah restoran mewah oleh salah satu kawannya. Ust. Luqman bahkan diminta memindahkan parkiran motor bututnya agar tidak menggangu pemandangan di halaman depannya.

Usai makan, kawannya justru curhat dan minta nasehat, sambil menunjuk mobil mewah di halaman depan yang sudah 6 bulan cicilannya belum terbayar. Betul kan, rezeki dari Allah itu pasti cukup untuk hidup, tapi tak akan cukup untuk gaya hidup.

Ada lagi kisah seorang Ibu tua dengan kain jarik datang ke sebuah Masjid usai Jumatan. Panitia dan Takmir sedang berkumpul sambil duduk menghitung uang hasil Infaq Jamaah hari itu. Ketika Ibu itu datang dengan baju sangat biasa dan berkain jarik, salah seorang dari mereka berdiri, mendekati Ibu itu sambil berkata, "Maaf Ibu, disini tidak memberikan sumbangan.."

Ibu itu membuka lipatan kain jariknya, mengeluarkan uang berwarna merah, biru, merah, biru, merah, biru yang berlembar-lembar banyaknya, sambil berkata : "Maaf, Nak, saya mau ikut bersedekah untuk pembangunan Masjid ini. Ini uangnya mohon diterima.."

Jleebb.. Seketika para Takmir itu menunduk, tak ada yang berani memandang wajah Ibu itu. Salah tingkah dan menahan malu.

Tulisan dari Ust. Salim A. Fillah ini juga menarik, menahan nafas membacanya, tertulis dalam bukunya "Barakallahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta." Suatu malam, Ust. Muhammad Nazhif Masykur berkunjung ke rumah. Setelah membicarakan beberapa hal, beliau bercerita tentang tukang becak di sebuah kota di Jawa Timur.

Ust. Salim melanjutkan, "Ini baru cerita, kata saya. Yang saya catat adalah, pernyataan misi hidup Tukang Becak itu, yakni : Jangan pernah menyakiti dan hati-hati memberi makan istri."

"Antum pasti tanya,” kembali Salim melanjutkan ceritanya sembari menirukan kata-kata Ust. Muhammad. Tukang Becak macam apakah ini, sehingga punya mission statement segala..? Saya juga takjub dan berulang kali berseru, Subhanallah, mendengar kisah hidup Bapak berusia 55 tahun ini.

Tukang becak ini hafidz Qira’at Sab’ah. Beliau menghafal Al-Qur’an lengkap dengan tujuh lagu qira’at seperti saat ia diturunkan : Qira’at Imam Hafsh, Imam Warasy, dan lainnya.

Dua kalimat itu sederhana, tetapi bayangkanlah sulitnya mewujudkan hal itu bagi kita. Kalimat Pertama, Jangan pernah menyakiti. Dalam tafsir beliau di antaranya adalah soal tarif becaknya. Jangan sampai ada yang menawar, karena menawar menunjukkan ketidakrelaan dan ketersakitan.

Misalnya ada yang berkata, “Pak, Terminal Rp 5.000 ya." Lalu dijawab, “Waduh, enggak bisa, Rp 7.000 Mbak." Itu namanya sudah menyakiti. Makanya, beliau tak pernah pasang tarif. “Pak, terminal Rp 5.000 ya.” Jawabnya pasti OK. “Pak, terminal Rp 3.000 ya." Jawabnya juga OK.

Bahkan kalau, “Pak, terminal Rp 1.000 ya.” Jawabnya juga sama, OK. Gusti Allah, manusia macam apa ini..?

Kalimat kedua, Hati-hati memberi makan Istri. Artinya, Sang Istri hanya akan makan dari keringat dan becak tuanya. Rumahnya berdinding gedek. Istrinya berjualan gorengan.

Stop..! Jangan dikira beliau tidak bisa mengambil yang lebih dari itu. Harap tahu, putra beliau dua orang Hafidz Al-Qur’an semua. Salah satunya sudah menjadi dosen terkenal di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terkemuka di Jakarta. Adiknya, tak kalah sukses, Pejabat strategis di Pemerintah.

Uniknya, saat pulang, anak-anak sukses ini tak berani berpenampilan mewah. Mobil ditinggal beberapa blok dari rumah. Semua aksesoris, seperti arloji dan handphone dilucuti. Bahkan, baju parlente diganti kaus oblong dan celana sederhana.

Ini Adab dan Tata Krama. Sudah berulang kali Sang Putra mencoba meminta Bapak dan Ibunya ikut ke Jakarta, tetapi tidak pernah tersampaikan. Setiap kali akan bicara, serasa tercekat di tenggorokan, lalu mereka hanya bisa menangis. Menangis, Sang Bapak selalu bercerita tentang kebahagiaannya, dan dia mempersilakan Putra-Putranya menikmati kebahagiaan mereka sendiri.

Ust. Salim melanjutkan, “Waktu saya ceritakan ini pada Istri di Gedung Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito keesokan harinya, kami menangis.

Ada banyak Kekasih Allah yang tak kita kenal..!

Ah, benar sekali, banyak Kekasih Allah dan Manusia Langit yang tidak kita kenal," tukas Ust. Salim A Fillah.

Kawanku..

Hari terus berganti, matahari datang pagi ini, dan menghilang sore nanti. Usia kita terus bertambah, tanpa sadar banyak hal yang begitu saja kita lewatkan hanya untuk mengejar dunia yang sementara. Padahal esok pada waktunya, kita semua saat pulang ternyata hanya dibungkus kain kafan tak bersaku.

Tak ada bekal uang yang berlaku. Semua harta yang selama ini kita kejar habis-habisan, ternyata semu belaka. Pangkat, jabatan, kemewahan yang selama ini dibanggakan, akan berakhir ditimbun tanah kuburan. Banyak orang yang mengejar label kaya dengan menggadaikan dunianya. Harga diri sudah musnah entah kemana.

Sementara, banyak orang yang diam-diam ternyata kaya raya dan lebih suka mencari muka hanya pada Tuhannya. Benar kata kawan saya Mas Arief Budiman, "Orang kaya adalah orang yang selalu merasa cukup, sehingga dia terus berbagi. Orang miskin adalah orang yang selalu merasa kurang."

Saat maut menyapa, yang kita bawa hanya Amaliyah. Adapun harta hanya akan membuat pertanyaan di Padang Mahsyar kian berat.

Semoga Allah menolong kita. Aamiin..

 

Disarikan dari berbagai sumber

Jenazah Pembeli Miras dan Selalu Mendatangi Pelacur Yang Di Sholati Oleh Sultan

Di dalam buku hariannya Sultan Turki Murad IV mengisahkan, bahwa suatu malam dia merasakan kegalauan yang sangat. Ia ingin tahu apa penyebabnya. Maka ia memanggil kepala pengawalnya dan memberitahu apa yang dirasakannya.


Sultan pun mengajak kepala pengawal untuk keluar istana sejenak. Di antara kebiasaan sang Sultan adalah melakukan blusukan di malam hari dengan cara menyamar. Mereka pun pergi, hingga tibalah mereka di sebuah lorong yang sempit.


Tiba², mereka menemukan seorang laki² tergeletak di atas tanah. Sang Sultan menggerak-gerakkan lelaki itu, ternyata ia telah meninggal. Namun orang² yang lalu lalang di sekitarnya sedikitpun tak memperdulikannya.


Kemudian Sultan memanggil mereka. Orang² tersebut tak menyadari kalo orang tersebut adalah Sultan.
"Mengapa orang ini meninggal tapi tidak ada satupun di antara kalian yang mau mengangkat jenazahnya? tanya Sultan.


Siapa dia? Dimana keluarganya?" tanya Sultan lagi.


Salah seorang di antara orang-orang itu menjawab, ”orang ini Zindiq, suka menenggak minuman keras dan berzina !"


"Tapi, bukankah ia termasuk umat Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam ? sergah Sultan.


Sejenak orang-orang itu terdiam. Sesaat kemudian, mereka pun bergerak mengangkat jenazah untuk dibawa ke rumahnya.


Melihat suaminya meninggal, sang istri pun menangis. Orang-orang yang membawa jenazahnya pun langsung pergi, tinggallah sang Sultan dan kepala pengawalnya.


Dalam tangisnya sang istri berucap pada jenazah suaminya, "Semoga Allah merahmatimu wahai Wali Allah. Aku bersaksi bahwa Engkau termasuk orang yang Sholeh."


Mendengar hal itu, Sultan kaget lalu bertanya, "Bagaimana mungkin dia termasuk Wali Allah, sementara orang-orang membicarakan tentang dia begini dan begitu, sampai-sampai mereka tidak peduli dengan kematiannya?"


Sang istri menjawab, "Sudah kuduga pasti akan begini..."


"Setiap malam suamiku keluar rumah pergi ke toko-toko minuman keras. Dia membeli minuman keras dari para penjual sejauh yang ia mampu. Kemudian minuman-minuman itu dibawa ke rumah lalu di tumpahkannya ke dalam toilet, sambil berkata, "Aku telah meringankan dosa kaum muslimin," kisahnya.


Ia kemudian melanjutkan, "Dia juga selalu pergi menemui para pelacur, memberi mereka uang dan berkata, "Malam ini kalian sudah dalam bayaranku, jadi tutup pintu rumahmu sampai pagi".


"Kemudia ia pulang kerumah, dan berkata kepadaku, Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa para pelacur itu dan pemuda-pemuda Islam".


"Orang-orang pun hanya menyaksikan bahwa ia selalu membeli khamar dan menemui pelacur, lalu mereka menuduhnya dengan berbagai tuduhan dan menjadikannya buah bibir.


Suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku, kalau kamu mati nanti, tidak akan ada kaum muslimin yang akan mau memandikan jenazahmu, mensholatimu dan menguburkan jenazahmu. Ia hanya tertawa dan berkata, "Jangan takut, bila aku mati, aku akan di sholati oleh Sultan nya kaum muslimin, para ulama dan para Wali", tutup sang istri.


Mendengar itu semua, Sultan Murad pun menangis. Ia kemudian berkata, "Benar Demi Allah, akulah Sultan Murad dan besok pagi kita akan memandikannya, mensholatkannya dan menguburkannya".
Demikianlah, akhirnya prosesi penyelenggaraan jenazah laki-laki itu dihadiri oleh Sultan, para ulama, para Wali Allah dan seluruh masyarakat.


***


Sebuah Pelajaran Berharga.


Jangan pernah mengharapkan penilaian manusia, fokus pada perbuatan baik yang kita lakukan, karena yang kita harapkan adalah ridho Allah, bukan ridho manusia.


Jangan pernah menilai orang dari luar atau kulitnya, karena sesungguhnya kulit atau bungkus hanya sebagai penglihatan semu semata.


Semoga bermanfaat.

Muhasabah di pagi hari...

(Jangan lupa Bersyukur dan selalulah Berhusnudzon... agar dirimu tidak tertawan dengan kejahilan terhadap nilai kemanusiaan)

Aku Sebenarnya Telah Dimakan, Ketika Banteng Putih Itu Dimakan

Oleh : KH. Hafidz Abdurrahman, MA

Ini adalah tamsil yang menarik. Tamsil ini dalam bahasa Arab, berbunyi:

أكلت يوم أكل الثوراﻷبيض

"Aku sebenarnya telah dimakan [singa itu], ketika banteng putih itu dimakan."

Alkisah, ada tiga banteng; putih, merah dan hitam. Ketiga banteng ini berhadapan dengan seekor singa yang hendak memangsanya. Namun, karena ketiganya bersatu padu, singa itu pun tak bisa memangsa mereka, baik yang putih, merah maupun hitam.

Singa pun tak kehilangan cara. Untuk memangsa ketiganya tidak bisa sekaligus, harus satu-satu. Caranya, dia harus pisahkan ketiganya, dengan bujuk rayu dan muslihat. Singa mulai menjadikan banteng putih sebagai target mangsa. Maka, ia datang kepada kedua banteng yang lain, merah dan hitam. Dia katakan kepada mereka, "Saya akan makan banteng putih, jadi kalau kalian tidak ingin aku mangsa, lebih baik kalian diam saja, tidak perlu membantunya. Kalian akan aku biarkan, dan aman." Kata singa. Kedua banteng itu pun setuju. Mereka diam saja, saat banteng putih dimangsa singa, tak ada kepedulian sedikit pun, karena yang dimangsa bukan mereka.

Singa itu memangsa banteng putih dengan lahap, tanpa kesulitan berarti, sementara kedua banteng yang lainnya menyaksikan temannya dimangsa, tanpa sedikit pun empati. Mereka salah, dianggap singa itu tak akan memangsa mereka. Maka, setelah hari berganti, giliran mereka yang dimangsa. Tetapi, jika sekaligus, maka singa itu pun tak akan bisa menundukkan mereka. Caranya, sebagaimana cara yang dilakukan singa itu memangsa banteng putih.

Singa datang kepada banteng hitam, "Saya akan mangsa benteng merah, kamu diam saja, tidak perlu membantunya. Kamu tidak akan aku mangsa, tenang saja, dan diam. Kamu aman." Singa itu pun memangsa banteng merah itu dengan lahapnya, tanpa perlawanan berarti, di depan mata banteng hitam. Banteng hitam itu pun hanya melihat dan menyaksikan temannya, banteng merah dimangsa singa, tanpa empati. Seolah itu tidak akan menimpa dirinya. Tapi, dia salah.

Setelah hari berganti, banteng hitam itu tinggal sendiri. Saat tinggal sendiri, singa itu pun memangsanya dengan mudah, sebagaimana kedua temannya yang telah dimangsa singa itu terlebih dahulu. Saat banteng hitam itu menjelang ajalnya, dia mengatakan, "Aku sesungguhnya telah dimakan [singa itu], ketika banteng putih itu dimakan." Artinya, ketika mereka membiarkan seekor banteng putih dimangsa singa, dan tidak dilawan, akhirnya kekuatan banteng-banteng tadi berkurang, karena tinggal dua ekor, hingga seekor, saat itulah singa dengan mudah melakukan aksinya.

Begitulah, tamsil yang indah, menggambarkan betapa persatuan umat Islam itu penting. Tak hanya penting, tetapi juga wajib. Cara kaum Kafir untuk menghancurkan kekuatan Islam adalah dengan mengadudomba kaum Muslim. Diciptakanlah, "Islam Radikal" vs "Islam Moderat", "Islam Arab" vs "Islam Nusantara". Semuanya ini tujuannya satu, menghancurkan kekuatan umat Islam, dan memangsa kaum Muslim.

Bodohnya, ada orang Islam, organisasi Islam, bangga karena tidak dicap kaum Kafir sebagai "Islam Radikal", dan senang dengan cap, "Islam Moderat", padahal mereka akan dimakan juga, kelak setelah "Islam Radikal" dijadikan mangsa. Sebab, musuh kaum Kafir, seperti kata Samuel Huntington, bukanlah "Islam Radikal," atau "Islam Fundamentalis", tetapi Islam itu sendiri. Dikotomi itu hanya cara yang dilakukan "singa" Kafir untuk memangsa kaum Muslim, dan menghancurkan Islam.

Maka, ketika kaum Kafir melakukan permusuhan bahkan pembubaran terhadap kelompok atau ormas Islam, sekarang diikuti dengan perang terhadap Perda Syariah, targetnya bukan hanya kelompok atau organisasi itu, tetapi menghancurkan Islam dan umatnya.

Waspadalah!

Proyekku - Adalah Anak - Anakku

Sebuah Catatan dari DR. Nabil Al-Awadhy




حينما أتكاسل عن أداء النوافل أتذكر أبنائي ومصائب الدنيا!! وأتأمل قوله تعالے: [وكان أبوهما صالحا] فأرحمهم وأجتهد
-تفكير مُخلص-


Ketika aku malas mengerjakan amalan Nawaafil, aku teringat anak-anakku dan musibah dunia yg menanti!! Lalu aku teringat firman Allah di surat Al Kahfi "Dahulu ayah dari kedua anak itu adalah orang shalih", lalu karena kasih sayangku pada mereka aku pun bersungguh-sungguh tuk beribadah.
 
مشروعك الناجح هو (أولادك)، ولنجاح هذا المشروع، اتبع ماأخبرنا به الصحابي الجليل "عبدالله بن مسعود" عندما كان يصلي في الليل وابنه الصغير نائم فينظر إليه قائلاً:
من أجلك يا بني، ويتلو وهو يبكي قوله تعالى:
"وكان أبوهما صالحاً".



Proyekmu yang berhasil adalah "anak-anakmu". Untuk mensukseskan proyek ini, mari ikuti pesan sahabat Abdullah bin Masud Ra, sahabat mulia ini ketika shalat malam dia melihat anak nya yg masih kecil sedang tidur. Lalu dia bergumam, "untuk mu wahai buah hatiku", lalu dia shalat sambil menangis mentadabburi firman Allah: "Wa Kaana Abuuhuma Shaalihaa" (dan dahulu ayah dari kedua anak itu adalah orang yang shalih), s.alkahfi.

نعم إن هذه هي الوصفة السحرية لصلاح أبنائنا، فإذا كان الوالد قدوة وصالحاً وعلاقته بالله قوية، حفظ الله له أبناءه بل وأبناء أبنائه، فهذه وصفة سحرية و(معادلة ربانية)  
Ya. Inilah resep yang baik untuk masa depan anak-anak kita. Ketika sang ayah menjadi qudwah, salih, dan dekat 'alaqah nya kepada Allah, maka Allah akan menjaga anak anaknya, bahkan keturunannya, ini adalah resep yang bagus dan (Skenario Rabbaniyyah).

كما أنه في قصة سورة الكهف حفظ الله الكنز للوالدين بصلاح جدهما السابع
 
Sebagaimana di kisah surat Alkahfi itu Allah menjaga harta untuk kedua anak yatim td peninggalan kakek mereka yang ketujuh di atasnya.

 ويحضرني في سياق هذا الحديث أني كنت مرة مع صديق عزيز عليَّ-ذو منصب رفيع بالكويت ويعمل في عدة لجان حكومية- ومع ذلك كان يقتطع من وقته يومياً ساعات للعمل الخيري
فقلت له يوماً: "لماذا لاتركز نشاطك في عملك الحكومي وأنت ذو منصب رفيع"؟!
فنظر إليَّ وقال: "أريد أن أبوح لك بسر في نفسي، إن لديَّ أكثر من ستة أولاد وأكثرهم ذكور، وأخاف عليهم من الانحراف، وأنا مقصر في تربيتهم، ولكني رأيت من نعم الله عليّ أني كلما أعطيت ربي من وقتي أكثر كلما صلح أبنائي"
 
Aku teringat ungkapan temanku, teman yang dekat bagiku, yang bekerja di kerajaan Kuwait dan memiliki jabatan yang tinggi.

Aku melihatnya menyisihkan waktunya beberapa jam dalam sehari khusus untuk melakukan amal kebaikan (amal sosial). Aku bertanya kepadanya, "kenapa engkau tidak fokus saja bekerja dalam posisi jabatan pemerintahanmu, dan engkau memiliki jabatan yang tinggi??!!"
Dia memandangku lalu menjawab, "aku ingin membocorkan satu rahasia yang ada dalam diriku padamu. Aku memiliki putra lebih dari 6 orang dan mereka semuanya laki-laki. Aku takut mereka terjerumus pada kehidupan yang salah (inhiroof). Sedang aku (dalam kesibukanku) Muqasshir (tidak optimal) dalam mendidik mereka. Dan aku melihat dan membuktikan nikmat Allah padaku, semakin banyak aku memberikan waktuku untuk Rabbku, semakin baik pula keadaan anak-anakku".

 - اخترتها لك لأني أحب لك ما أحب لنفسي... أسعدك الله في الدنيا والآخرة وجعلك ووالديك ومن تحب من عتقائه من النار

Aku menceritakan ini padamu karena aku mencintai untukmu apa yang aku cintai untuk diriku sendiri..

Semoga Allah memberikan kebahagiaan untukmu di dunia dan di akhirat, dan menjadikanmu dan kedua orangtuamu dan orang2 yang engkau cintai terbebas dan diajuhkan dari api neraka.

اللهم إني نويت هذه الرسالة صدقة لأبنائي فاحفظهم من الانحراف ومن الشرور كلها
أعيدوا إرسالها إلى أحبائكم بنية الصدقه ﻷبنائكم
 
Ya Allah aku berniat risalah singkat ini sebagai sedekah untuk anak-anakku agar terjaga dari inhiroof (salah pergaulan) dan dari kejahatan seluruhnya.
Kirim juga kepada orang2 yang anda cintai dengan niat sedekah untuk putra putrimu.

أرسلوها للآباء والأمهات

Merubah Takdir


Suatu hari, Nabi Ibrahim sedang berbincang dengan salah satu muridnya. Keduanya terlihat tampak begitu bahagia dari wajah-wajah mereka. Selepas keduanya berpisah, malaikat maut mendatangi nabi Ibrahim A.S, lalu bertanya :

“Siapa anak muda yang tadi mendatangimu wahai Ibrahim ?”
“Itu tadi sahabatku, sekaligus muridku”, jawab Nabi Ibrahim.

“Ada apa dia datang menemuimu?” Tanya malaikat maut kembali.

“Dia menyampaikan bahwa dia akan menikah besok pagi” ungkap Nabi Ibrahim.

“Wahai ibrahim, sayang sekali, umur anak itu tidak akan sampai besok pagi” Malaikat Maut menyampaikan tentang kematian pemuda itu.
Habis berkata seperti itu, malaikat maut pun pergi meninggalkan nabi Ibrahim.

Hampir saja nabi Ibrahim A.S tergerak untuk memberitahu anak muda tersebut, guna menyegerakan pernikahannya malam itu juga, dan memberitahu tentang kematiannya. Tetapi langkahnya terhenti.  Nabi Ibrahim A.S memilih kematian tetap menjadi rahasia Allah.

Esok paginya, nabi Ibrahim A.S ternyata melihat dan menyaksikan anak muda tersebut melangsungkan pernikahannya.

Haripun berganti, minggu berganti, bulan berganti, dan tahun pun berganti tahun. Nabi Ibrahim A.S malah melihat anak muda ini panjang umurnya sehingga usianya 70 tahun.

Nabi Ibrahim A.S pun bertanya kepada malaikat maut, “Kenapa malaikat berbohong tempoh hari, Menyampaikan jika anak muda itu akan mati besok pagi, Ternyata tidak mati, bahkan umurnya panjang”.

Malaikat maut menjawab, “Dirinya memang akan mencabut nyawa anak muda tersebut, karana Allah menahannya. Dan kenapa Allah SWT menahan tanganku untuk tidak mencabut nyawa anak muda itu (dahulu)?”

“Ketahuilah wahai Ibrahim,  Bahwa di malam menjelang pernikahannya, Anak muda itu menyedekahkan separuh dari kekayaannya.” Dan inilah yang membuat Allah memutuskan untuk memanjangkan umur anak muda tersebut, Hingga engkau masih melihatnya hidup”.

Kematian memang di tangan Allah SWT, Justru itu, memajukan dan memundurkan kematian adalah hak Allah. Dan Allah memberitahu lewat kalam Rasulnya, Muhammad SAW bahwa sedekah itu bisa memanjangkan umur.

Saudaraku, marilah kita perbanyak bersedekah, meskipun dengan hal-hal yang sederhana. Dengan sesuatu hal yang kecil.

Semoga kita termasuk orang-orang yang dimudahkan dalam menyedekahkan harta kita.  Aamiin.

Wallahu A'lam Bishawab

Mualaf : "Saya Memeluk Islam karena Mencintai Yesus".. Kok Bisa ?? Ternyata Inilah Alasannya, Subhanallah …


Ahmad Kainama, seorang mantan pendeta yang memilih mualaf.
pic. from : beetekno.com

Kisah perjalanan spiritual seseorang tentu berbeda-beda. Dan dari semuanya ada banyak kisah yang sangat menyentuh hati bagi siapa saja yang dapat mengambil pelajaran. Kisah perjalanan spiritual Ahmad Kainama dapat menjadi satu pelajaran bagi para pencari hidayah yang terus berkelana. Simak kisah perjalanan Ahmad Kainama dalam mendapatkan Hidayah, yang dikutip dari laman beetekno.com.

Dia bernama Ahmad Kainama, memeluk  Islam sejak tahun lalu, tepatnya pada tanggal 26 Agustus, bulan suci Ramadhan. Ia mengucapakan syahadat di Masjid Agung Sunda Kelapa.

Ia adalah pria keturunan Ambon yang seluruh keluarganya memeluk agama Kristen. Tidak ada Kainama yang menjadi Islam,” ujarnya. Itulah yang menyebabkan ia tidak diakui lagi oleh keluarga besarnya baik di Ambon maupun yang tinggal di Tanjung Priok, Jakarta hingga kini, karena keputusannya memeluk Islam

Pria yang dulu bernama Agustinus Christovel Kainama mengaku keputusannya menjadi muslim, bukan karena ia mempelajari Al-Quran, melainkan karena ia memperdalam Injil sebagai kecintaannya kepada Yesus. Pada mulanya ia adalah sorang pendeta yang bertugas sejak 2005.

Ia bahkan pernah ke Yerussalem hingga ke Leiden untuk kuliah jurusan Liturgi Teologi, itu semua ia lakukan dengan biaya gratis yang ditanggung oleh Gereja Zebaot, Bogor, gereja di mana ia bertugas menjadi pendeta.

Sekolah teologinya dibiayai oleh gereja itu mulai dari S1 di STT (Sekolah Tinggi Teologi) Jakarta, sampai menjadi orang sukses.

Apa yang membuat ia berubah? Rupanya setelah ia mempelajari Injil, ia memahami Nabi Isa ternyata juga menjalankan puasa, shalat, disunat, wudhu, tahajud dan bersedekah. “Semua itu dilakukan pula oleh umat Islam,” ujarnya.

Saat sudah begitu dalam mengkaji Injil, ia malah memutuskan menjadi muslim karena apa yang dilakukan oleh Yesus.
Baginya itu adalah keputusan yang tepat. Apalagi sejak tahun 2000 pondasi keimanannya sebenarnya mulai runtuh lantaran ia memahami surat Yohanes 21 ayat 15 yang menjelaskan “sesudah sarapan, Yesus berkata kepada Petrus. Petrus apakah engkau mengasihi aku”.

Bagi beliau, Yesus seorang Tuhan seharusnya tidak makan, karena ia bukan manusia. Tapi dalam ayat tadi disebutkan Yesus makan. Akhirnya Kainama mengambil kesimpulan bahwa Yesus bukan Tuhan.

Tahun 2000 sampai 2010 ialah masa tersulit bagi Kainama. Ia mengalami tekanan batin karena harus menceritakan kebohongan kepada orang-orang ketika masih menjadi sorang pendeta.

Namun sejak keimanan goyah pada tahun 2000, ia belum berani untuk memeluk agama Islam. Ia merasa nyalinya masih ciut, ia tidak tahu harus berbuat apa karena selama ini kehidupannya dibiayai oleh Gereja Zebaot.

Tapi penolakan batinnya begitu kuat. Hingga, “Pernah pada suatu kali, ketika saya ada perjalanan pekabaran Injil di Orchad, Singapura. Saat saya mau khotbah, tiba-tiba saya ketakutan, berkeringat dan gemetar dan kemudian saya memegang pinggir mimbar, sampai-sampai orang-orang yang menyaksikan mengatakan saya disentuh Roh Kudus,” tuturnya.

Padahal, sama sekali bukan. Ia ketakutan lantaran tak sanggup lagi melakukan kebohongan, sesuatu yang bertentangan dengan batinnya.

Atas petunjuk Allah, akhirnya keputusannya untuk memeluk Islam kian bulat. Ia mendatangi Masjid Agung Sunda Kelapa untuk membaca syahadat dan menjadi mualaf.

Setelah menjadi muslim, kehidupannya berubah. Ia merasa keyakinannya diuji karena tidak ada satu orang pun keluarganya yang menerima ia menjadi sorang muslim. Ia hidup sendiri, tanpa pekerjaan, tanpa uang, dan tanpa fasilitas selama ini yang ia miliki seperti mobil, dan baju-baju.

Sampai ia harus tinggal menumpang di Sekolah Legenda Wisata (Global Mandiri), Cibubur, dan ia tidur di studio musik. Namun ia tetap pada pendiriannya. Kemampuannya bermusik pun akhirnya malah membuat ia diterima menjadi pengajar di studio musik sekolah tersebut.

Meski keluarga semuanya memusuhi, fasilitas yang ia miliki hilang, tapi ia merasa bersyukur karena Allah telah memberikan hidayah dan kedamaian batin kepadanya. Ia beryukur telah terlahir kembali menjadi seorang muslim dan meyakini telah berada di jalan yang benar.

BELAJAR DARI CAK NUN DAN USTAD FELIX SIAW



Oleh Doni Riw

Malam ini, 6/8/17, saya menyertai ust Felix Siaw menghadiri ma'iyah Cak Nun dan Kyai Kanjeng di Krapyak Wedomartani Ngemplak Sleman Yogyakarta. Kami datang kurang lebih ber sepuluh.

Jauh-jauh dari Jakarta, ust Felix Siaw sengaja meluangkan waktu untuk menghadiri ma'iyah Cak Nun tersebut.

Bagi saya pribadi, menghadiri ma'iyah Cak Nun bukan hal baru. Sejak awal tahun 2000an saya sering menghadiri ma'iyah bulanan beliau di TK Alhamdulillah Kasihan Bantul Yogyakarta.

Namun kehadiran saya malam ini menjadi sangat spesial karena menyertai ust Felix yang di baliknya terderet serangkaian kisah yang penting.

Kita tau, beberapa kajian ust Felix di Semarang & Solo sempat ditolak oleh Banser hingga urung dilaksanakan. Kemudian di masjid Al Firdaus Yogyakarta berhasil dilaksanakan dengan support dari saudara-saudara Kokam, FJI, MM, dan laskar-laskar lain, termasuk kesepakatan dengan Banser.

Malam ini mobil kami memasuki area ma'iyah caknun yang dikawal mungkin ratusan saudara Banser dan dihadiri ribuan saudara nahdiyin. Kami tak bisa mendekati panggung karrna begitu padatnya jamaah Cak Nun. Kemudian kami duduk di suatu sudut menyimak episode demi episode ma'iyah Cak Nun.

Sekitar pukul 01.00 (7/8/17) jamaah putri di depan mulai memudar satu persatu hingga kami bisa maju sedikit demi sedikit mendekati panggung.

Menjelang penghujung acara, melalui pesan singkat via ponsel, Cak Nun yang mengetahui bahwa ust Felix berada di tengah-tengah jamaahnya, beliau menawarkan pada ust Felix untuk naik ke panggung. Namun dengan rendah hati ust Felix menyatakan terima kasih atas kesempatan yang diberikan, namun beliau menyatakan bahwa datang untuk menyimak dan belajar, sehingga tidak selayaknya naik ke panggung. Subhanallah, saya merasakan ketawadhu'an dan keikhlasan beliau berdua dalam moment ini.

Di penghujung acara, pasca shalawat dan doa, Cak Nun di depan publik memaparkan yang intinya kurang lebih demikian;

"Saya ini ingin menjadi perekat bagi semua pihak. Bertabayun, Berdiskusi, Tukar Pikiran, dan malam ini, kita kedatangan tamu jauh dari Jakarta, ust Felix Siaw, yang saat ini ada di tengah-tengah kita entah di sebelah mana"

Sontak semua jamaah kaget tak menyangka, hingga perhatian jamaah tertuju pada ust Felix yang berdiri di tengah keriuhan jamaah. Sebagian menyalami dan meminta selfie.

Cak Nun melanjutkan;

"Saya banyak tidak sependapay dengan pemikiran dia (ust Felix Siaw) dan dia juga banyak tidak sependapat dengan saya. Setiap orang memang tidak harus sependapat tetapi kebersamaan dan diskusi perlu terus dibangun"

Kemudian Cak Nun dan seluruh tokoh yang di panggung bersiap untuk bersalaman dengan jamaah. Di antara yang berada di panggung adalah Cak Nun dan Kapolda DIY. Puluhan Banser berbaris menjadi pagar betis pengaman.

Jamaah berbaris antri untuk bersalaman dengan Cak Nun. Ust Felix Siaw dan rombongan termasuk dalam antrian jamaah itu.

Setelah bersalaman ust Felix berbaur kembali dengan jamaah. Permintaan foto bersama dan selfie tak henti-henti.

Tak terasa air mata ini menetes. Berada di tengah-tengah saudara Nahdiyin dan Banser. Saya merasa seperti bertemu saudara tua yang lama tak berjumpa, setelah kami saling tak bertegur sapa beberapa lama.

Saya mendapatkan pelajaran dari beliau berdua, Cak Nun dan ust Felix, tentang keikhlasan hati dalam dakwah, membersamai umat, tanpa saling dendam, tanpa saling curiga, meski dalam beberapa hal belum bisa satu kata.

Semoga Allah segera menyatukan hati seluruh muslimin yang hampir saja tercerai berai.

Yogyakarta, 7 Agustus 2017

sumber : group whatsapp

BAHLUL


Kisah Khalifah Harun Al Rasyid dan Bahlul

Bahlul, kata itu sering kita gunakan untuk menyebut seseorang yang bodoh atau terbelakang dari yang lain. Namun dari manakah sesungguhnya asal kata tersebut. Berikut adalah kisah antara khalifah Harun Al Rasyid dengan seseorang yang biasa termenung di pekuburan. Kisah ini diambil dari kitab berjudul “Orang-Orang Gila Yang Berakal”

Dikisahkan, sesungguhnya Bahlul adalah seorang yang dikenal sebagai orang gila. Bahlul hidup pada zaman Raja Harun Al-Rasyid (Dinasti Abbasiyah).

Pada suatu hari, Khalifah Harun Al-Rasyid sedang melakukan perjalanan dan kebetulan lewat di sebuah pekuburan. Dan pada saat itu dilihatnya si Bahlul sedang duduk-duduk disana.

Kemudian Raja Harun Al-Rasyid menyapa kepada si Bahlul, "Wahai Bahlul, kapan kamu akan berakal?"

Mendengar ucapan khalifah tersebut, Bahlul beranjak dari tempatnya duduk dan naik keatas pohon, lalu dia memanggil Raja Harun Al-Rasyid dengan sekuat suaranya dari atas pohon, " Wahai Khalifah Harun yang gila, kapan engkau akan sadar?"

Maka sang Raja menghampiri pohon dimana Bahlul ada di atasnya dengan menunggangi kudanya dan berkata : "Siapa yang gila wahai Bahlul, aku atau engkau yg selalu duduk di kuburan begitu?"

Kemudian Bahlul berkata, "Aku berakal dan engkaulah yang gila"

Raja Harun Al Rasyid terheran dengan jawaban Bahlul, "Bagaimana itu bisa terjadi?" tanya Raja kepada Bahlul.

"Karena aku tahu bahwa istanamu akan hancur dan kuburan ini akan tetap ada, maka aku memakmurkan kubur sebelum istana. Dan engkau memakmurkan istanamu dan menghancurkan kuburmu. Sampai - sampai engkau takut untuk dipindahkan dari istanamu ke kuburanmu, padahal engkau tahu bahwa kamu pasti masuk ke dalam kubur. Maka katakan wahai Harun siapa yang gila di antara kita ?” jawab Bahlul kepada Raja dengan tenang.

Mendengar jawaban itu, bergetarlah hati sang Khalifah, lalu menangis dengan tangisan yang air matanya sampai membasahi jenggotnya. Lalu Harun berkata, "Demi ALLAH engkau yang benar, tambahkan nasehatmu untukku wahai Bahlul".

"Cukup bagimu Al-Qur'an maka jadikanlah pedoman" jawab Bahlul.

Khalifah Harun memberikan tawaran kepada Bahlul, "Apa engkau memiliki permintaan wahai Bahlul ? Aku akan memenuhinya".

Bahlul menjawab "Iya aku punya 3 permintaan, jika engkau bisa memenuhi aku akan berterima kasih padamu".

"Mintalah..." jawab Sang Raja.

“Pertama, tambahkan umurku". Pinta Bahlul.

Raja Harun terkejut dan menjawab, "Aku tak mampu"

“Kalau begitu, Jaga aku dari Malaikat maut". Bahlul melanjutkan permintaan keduanya.

"Aku tak mampu" Harun menjawabnya.

Kemudian Bahlum melanjutkan permintaan ketiga, "Masukkan aku ke dalam surga dan jauhkan aku dari api Neraka".

Lagi-lagi Harun menjawab, "Aku tak mampu".

Lalu Bahlul kembali berkata kepada sang Khalifah Harun Al Rasyid, "Ketahuilah bahwa sesungguhnya engkau dimiliki (seorang hamba) dan bukan pemilik (Tuhan), maka aku tidak perlu padamu".

Demikianlah kisah Khalifah Raja Harun Al Rasyid dengan seorang Bahlul yang justru memberinya banyak sekali nasihat kepada sang Khalifah. Semoga bisa memberikan pemahaman kepada kita, bahwa sesungguhnya ilmu dan nasihat bisa datang dari siapa saja, tak terkecuali dari orang sering kita anggap gila.

Kisah ini dikutip dari kitab yang berjudul عقلاء ﺍﻟﻤﺠﺎﻧﻴﻦ  "Orang-orang Gila Yang Berakal"

Sedangkan kita sering kali menggunakan perkataan “Bahlul” untuk mengatakan seseorang itu bodoh atau gila, sedangkan sesungguhnya ia adalah merupakan nama Ulama yang hebat.

wallahualam bisshowab.