Oleh Doni Riw
Malam ini, 6/8/17, saya menyertai
ust Felix Siaw menghadiri ma'iyah Cak Nun dan Kyai Kanjeng di Krapyak
Wedomartani Ngemplak Sleman Yogyakarta. Kami datang kurang lebih ber sepuluh.
Jauh-jauh dari Jakarta, ust Felix
Siaw sengaja meluangkan waktu untuk menghadiri ma'iyah Cak Nun tersebut.
Bagi saya pribadi, menghadiri
ma'iyah Cak Nun bukan hal baru. Sejak awal tahun 2000an saya sering menghadiri
ma'iyah bulanan beliau di TK Alhamdulillah Kasihan Bantul Yogyakarta.
Namun kehadiran saya malam ini
menjadi sangat spesial karena menyertai ust Felix yang di baliknya terderet
serangkaian kisah yang penting.
Kita tau, beberapa kajian ust
Felix di Semarang & Solo sempat ditolak oleh Banser hingga urung
dilaksanakan. Kemudian di masjid Al Firdaus Yogyakarta berhasil dilaksanakan
dengan support dari saudara-saudara Kokam, FJI, MM, dan laskar-laskar lain,
termasuk kesepakatan dengan Banser.
Malam ini mobil kami memasuki
area ma'iyah caknun yang dikawal mungkin ratusan saudara Banser dan dihadiri
ribuan saudara nahdiyin. Kami tak bisa mendekati panggung karrna begitu
padatnya jamaah Cak Nun. Kemudian kami duduk di suatu sudut menyimak episode
demi episode ma'iyah Cak Nun.
Sekitar pukul 01.00 (7/8/17)
jamaah putri di depan mulai memudar satu persatu hingga kami bisa maju sedikit
demi sedikit mendekati panggung.
Menjelang penghujung acara,
melalui pesan singkat via ponsel, Cak Nun yang mengetahui bahwa ust Felix
berada di tengah-tengah jamaahnya, beliau menawarkan pada ust Felix untuk naik
ke panggung. Namun dengan rendah hati ust Felix menyatakan terima kasih atas
kesempatan yang diberikan, namun beliau menyatakan bahwa datang untuk menyimak
dan belajar, sehingga tidak selayaknya naik ke panggung. Subhanallah, saya
merasakan ketawadhu'an dan keikhlasan beliau berdua dalam moment ini.
Di penghujung acara, pasca
shalawat dan doa, Cak Nun di depan publik memaparkan yang intinya kurang lebih
demikian;
"Saya ini ingin menjadi
perekat bagi semua pihak. Bertabayun, Berdiskusi, Tukar Pikiran, dan malam ini,
kita kedatangan tamu jauh dari Jakarta, ust Felix Siaw, yang saat ini ada di
tengah-tengah kita entah di sebelah mana"
Sontak semua jamaah kaget tak
menyangka, hingga perhatian jamaah tertuju pada ust Felix yang berdiri di
tengah keriuhan jamaah. Sebagian menyalami dan meminta selfie.
Cak Nun melanjutkan;
"Saya banyak tidak
sependapay dengan pemikiran dia (ust Felix Siaw) dan dia juga banyak tidak
sependapat dengan saya. Setiap orang memang tidak harus sependapat tetapi
kebersamaan dan diskusi perlu terus dibangun"
Kemudian Cak Nun dan seluruh
tokoh yang di panggung bersiap untuk bersalaman dengan jamaah. Di antara yang
berada di panggung adalah Cak Nun dan Kapolda DIY. Puluhan Banser berbaris
menjadi pagar betis pengaman.
Jamaah berbaris antri untuk
bersalaman dengan Cak Nun. Ust Felix Siaw dan rombongan termasuk dalam antrian
jamaah itu.
Setelah bersalaman ust Felix
berbaur kembali dengan jamaah. Permintaan foto bersama dan selfie tak
henti-henti.
Tak terasa air mata ini menetes.
Berada di tengah-tengah saudara Nahdiyin dan Banser. Saya merasa seperti
bertemu saudara tua yang lama tak berjumpa, setelah kami saling tak bertegur
sapa beberapa lama.
Saya mendapatkan pelajaran dari
beliau berdua, Cak Nun dan ust Felix, tentang keikhlasan hati dalam dakwah,
membersamai umat, tanpa saling dendam, tanpa saling curiga, meski dalam
beberapa hal belum bisa satu kata.
Semoga Allah segera menyatukan
hati seluruh muslimin yang hampir saja tercerai berai.
Yogyakarta, 7 Agustus 2017
sumber : group whatsapp
No comments:
Post a Comment