PPCBlogger

Bebas Bayar

bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online
Showing posts with label Fadhilah Sedekah. Show all posts
Showing posts with label Fadhilah Sedekah. Show all posts

Merubah Takdir


Suatu hari, Nabi Ibrahim sedang berbincang dengan salah satu muridnya. Keduanya terlihat tampak begitu bahagia dari wajah-wajah mereka. Selepas keduanya berpisah, malaikat maut mendatangi nabi Ibrahim A.S, lalu bertanya :

“Siapa anak muda yang tadi mendatangimu wahai Ibrahim ?”
“Itu tadi sahabatku, sekaligus muridku”, jawab Nabi Ibrahim.

“Ada apa dia datang menemuimu?” Tanya malaikat maut kembali.

“Dia menyampaikan bahwa dia akan menikah besok pagi” ungkap Nabi Ibrahim.

“Wahai ibrahim, sayang sekali, umur anak itu tidak akan sampai besok pagi” Malaikat Maut menyampaikan tentang kematian pemuda itu.
Habis berkata seperti itu, malaikat maut pun pergi meninggalkan nabi Ibrahim.

Hampir saja nabi Ibrahim A.S tergerak untuk memberitahu anak muda tersebut, guna menyegerakan pernikahannya malam itu juga, dan memberitahu tentang kematiannya. Tetapi langkahnya terhenti.  Nabi Ibrahim A.S memilih kematian tetap menjadi rahasia Allah.

Esok paginya, nabi Ibrahim A.S ternyata melihat dan menyaksikan anak muda tersebut melangsungkan pernikahannya.

Haripun berganti, minggu berganti, bulan berganti, dan tahun pun berganti tahun. Nabi Ibrahim A.S malah melihat anak muda ini panjang umurnya sehingga usianya 70 tahun.

Nabi Ibrahim A.S pun bertanya kepada malaikat maut, “Kenapa malaikat berbohong tempoh hari, Menyampaikan jika anak muda itu akan mati besok pagi, Ternyata tidak mati, bahkan umurnya panjang”.

Malaikat maut menjawab, “Dirinya memang akan mencabut nyawa anak muda tersebut, karana Allah menahannya. Dan kenapa Allah SWT menahan tanganku untuk tidak mencabut nyawa anak muda itu (dahulu)?”

“Ketahuilah wahai Ibrahim,  Bahwa di malam menjelang pernikahannya, Anak muda itu menyedekahkan separuh dari kekayaannya.” Dan inilah yang membuat Allah memutuskan untuk memanjangkan umur anak muda tersebut, Hingga engkau masih melihatnya hidup”.

Kematian memang di tangan Allah SWT, Justru itu, memajukan dan memundurkan kematian adalah hak Allah. Dan Allah memberitahu lewat kalam Rasulnya, Muhammad SAW bahwa sedekah itu bisa memanjangkan umur.

Saudaraku, marilah kita perbanyak bersedekah, meskipun dengan hal-hal yang sederhana. Dengan sesuatu hal yang kecil.

Semoga kita termasuk orang-orang yang dimudahkan dalam menyedekahkan harta kita.  Aamiin.

Wallahu A'lam Bishawab

Inilah 5 Keutamaan Sedekah

 Oleh: Prof Dr KH Achmad Satori Ismail

REPUBLIKA.CO.ID, - Sedekah memiliki sejumlah keutamaan dan keistimewaan. Dalam surah at-Taubah ([9]: 103), sedekah bertujuan untuk menyucikan harta dan diri muzaki agar menjadi penenteram batin mereka. Dalam sejumlah hadis, Rasulullah SAW menyatakan, sedekah itu merupakan bukti keimanan seseorang dan mereka yang bersedekah akan memperoleh pahala yang besar di sisi Allah SWT (HR al-Baihaqi).

Di antara keutamaan sedekah, antara lain, pertama, orang bersedekah berhak mendapat rahmat Allah (QS al-A’raf [7]: 56). Sedekah akan menjadi naungan di akhirat saat tidak ada naungan, kecuali naungan Allah. “Sesungguhnya, sedekah itu memadamkan panasnya kubur dan hanyalah seorang Mukmin yang mendapatkan naungan pada hari kiamat nanti dengan sedekahnya.” (HR Thabrani dan Baihaqi).

Meraih Kebahagian Hakiki



 مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ


”Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa engan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah maha luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui”. (QS. Al-Baqarah : 261)

Nabi pernah berpesan, seandainya kamu tahu bahwa hidup tinggal beberapa hari saja, kemudian kamu menemukan bibit buah-buahan maka tanamlah, walaupun mungkin kamu tidak akan sempat memanennya.

Zuhud dan Qanaah



Pengertian zuhud sangat dekat dengan wara’. Secara sederhana kedua hal tersebut didefinisikan seperti berikut ini. Zuhud adalah meninggalkan apa saja yang tidak bermanfaat bagi kehidupan akhiratnya. Sedangkan Wara adalah meninggalkan apa saja yang bisa membahayakan kehidupan seseorang. Dari kedua pengertian tersebut, posisi zuhud lebih tinggi derajatnya dibanding dengan wara.

Sementara itu, Qanaah adalah menerima apa adanya yang diberikan Allah Swt. serta tidak menginginkan menjadi orang yang kaya. Sifat inilah sifat paling utama yang harus dimiliki seorang muslim yang menuntut ilmu. Oleh kerana itu, hendaklah kita menjadi orang yang qanaah kerana sifat ini adalah sebaik-baik bekal bagi seorang Muslim.

Carilah Kesembuhan Dengan Sedekah

KISAH SEDEKAH PENDERITA LIVER AKUT UNTUK SEORANG WANITA DAN 3 (TIGA) ANAKNYA

Kisah nyata seorang hartawan berkebangsaan saudi bernama Ra'fat. Ia berobat kesana kemari demi mencari kesembuhan, lantaran liver akut yang diderita.

Banyak dokter dan rumah sakit yang sudah ia kunjungi di Saudi Arabia, namun kesembuhan nya tak kunjung didapat. Ra'fat mulai mengeluh. Badan nya kian kurus, layaknya seorang pesakitan. Saran dokter ia harus berobat ke rumah sakit spesialis liver di Guangzhou, China.

Niat Baik Saja Sudah Dicatat Satu Kebaikan



Sudah beberapa waktu lalu ingin menuliskan tentang hal ini. Ya, mungkin sudah banyak yang tau tentang balasan berniat baik. Seperti yang saya tulis pada judul postingan di atas. Niat baik saja sudah dicatat satu kebaikan atau diberikan satu pahala.

Kisah ini sudah berulang saya alami. Tepatnya beberapa pecan yang lalu. Awalnya hanya menawarkan untuk makas siang bareng salah satu teman. Saya kirim SMS seperti biasa kepadanya. “Boy, ayo iuran, makan siang”. Maksudnya mengajak iuran untuk makan siang bareng. (meski sebenarnya saya kirimkan pesan singkat itu dengan bahasa jawa).

Karena ada sedikit salah pengertian, dia menjawab “Ayo..”. Segera setelah sholat dluhur, saya meluncur ke tempatnya kerja. Sampai disana, dia malah mengajak ke masjid untuk sholat. Karena penangkapan dia tadi saya mengajak untuk wudlu. Sedangkan dia sendiri sedang puasa sunnah. Karena kebetulan hari itu adalah hari kamis.

Huft, jadi sedikit kesal. Akhirnya saya tidak jadi makan siang bareng dengan teman saya tadi. Dan kahirnya sayapun tak jadi makan pada siang itu.

Sore menjelang ketika saya sampai di rumah. Usai membersihkan diri, saya langsung bercengkrama dengan si kecil. Maklum, anak baru satu dan lagi lucu-lucunya karena usianya yang baru satu tahunan.

Baru beberapa saat menggendong si kecil, ada seseorang dengan sepeda motor menuju rumah kecil kami. Dan sungguh tidak disangka-sangka, seorang teman dengan membawa empat buah durian yang lumayan besar-besar. Belum sempat turun dari motornya, dia menanyakan suka makan durian atau nggak. “Mas, suka makan durian atau gak mas?” Kemudian dia turun dan membawa empat buah durian itu ke dalam rumah.

Akhirnya, saya, istri saya, teman saya dan termasuk si kecil makan durian sore itu. Hmm.. nyammi pokoknya deh. Sungguh tak menyangka akan ada yang mengirim durian ke rumah. Namun, saya kembali berfikir, apakah hal itu hanya sebuah kebetulan saja? Atau memang ada sebuah hubungan sebab dan akibat dari apa yang sudah kita kerjakan sebelumnya?

Kemudian saya kembali berfikir, apakah hal ini adalah sebuah akibat dari niat baik saya untuk mengajak makan siang bareng kepada teman saya beberapa waktu sebelumnya? Ya, tentunya hal itu hanya sebuah dugaan saja.

Sebuah kejadian serupa juga baru saja terulang. Sebuah SMS saya kirimkan kepada seorang teman. “Nang, ayo makan siang”. Karena waktu sholat sudah mendesak, maka saya tak sempat membaca SMS balasannya. Saya pun segera sholat berjamaah di masjid.

Selesai mengikuti sholat berjamaah di masjid, saya baru membuka SMS balasan darinya. “Aku punya lele mas, ke mess saja makan siang di sini” tulisnya. Sayapun meluncur ke mess di tempat kerjanya. Selang beberapa menit menunggu dia sholat dluhur, akhirnya saya makan siang bareng dia dengan lele yang… hmm nyammi…

Saya pun kembali teringat dengan salah satu hadits Rasulullah SAW tentang balasan satu niat kebaikan. Hadits tersebut sebagaimana saya kutip berikut ini :
Dari Ibnu Abbas ra. dari Rasulullah SAW dari apa yang beliau riwayatkan dari Robbnya tabaaroka wa ta’ala beliau berkata: “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla telah menetapkan kebaikan dan keburukan kemudian menjelaskannya. Barang siapa yang berkeinginan untuk berbuat kebaikan kemudian dia tidak melakukannya, Allah mencatat baginya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berkeinginan melakukan kebaikan kemudian ia melakukannya, Allah mencatat untuknya 10-700 kali lipat kebaikan sampai tidak terhingga. Jika dia berkeinginan untuk melakukan kejelekan kemudian dia tidak mengamalkannya, Allah mencatat baginya satu kebaikan yang sempurna. Jika dia berkeinginan melakukannya, kemudian dia melakukannya maka Allah mencatat baginya satu kejelekan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jelas sekali dari hadits di atas bahwa apa yang kita niatkan sudah dicatat sebagai satu amal kebaikan. Dan tak menutup kemungkinan akan mendapat balasan langsung dari Allah. Tak perlu menunggu lama, tak perlu menunggu di hari perhitungan dan pembalasan.

Buktinya adalah apa-apa yang kita alami sehari-hari. Tentunya dengan sedikit perenungan. Karena tanpa melalui perenungan, maka hati kita akan menjadi keras. Merenung tentang kurangnya amal ibadah kita tentu lebih utama. Apa-apa yang kita alami bukanlah semata-mata sebuah kebetulan semata. Melainkan adalah sebuah hubungan sebab akibat yang saling terhubung dan berkaitan.

Satu hadits lainnya tentang keutamaan niat adalah tentang keikhlasan dalam niat, sebagaimana dalam kutipan berikut :
 "Dari Amirul Mukminin, Umar bin Khatthab radhiallahu 'anhu, beliau berkata: Sesungguhnya seluruh amalan itu bergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapatkan ganjaran sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barang siapa yang berhijrah karena Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya menuju keridhaan Allah dan rasul-Nya. Barang siapa yang berhijrah karena mencari dunia atau karena ingin menikahi seorang wanita, maka hijrahnya tersebut kepada apa yang dia niatkan." (HR. Bukhari no. 1, Muslim no. 155, 1907)

Kini saatnya kita untuk terus menata niat baik kita agar apa yang kita lakukan akan mendapatkan keridhaan Allah SWT. Niat untuk terus memperbaiki diri dan meningkatkan amal ibadah. Semoga kita diberikan kekuatan untuk melakukannya. Amiin.

Wallahua’lam.