Sedihan adalah salah satu perasaan yang dianugerahkan
Allah kepada setiap manusia. Karena adanya perasaan sedih itulah, kita dapat
melakukan perenungan atau introspeksi diri atas apa yang telah kita lakukan. Meskipun introspeksi tidak mesti harus menunggu kehadiran perasaan sedih. Berikut
ini adalah dua buah perasaan sedih yang mempunyai implikasi berbeda terhadap
diri kita, yang dikutib dari kitab Nashoihul ‘Ibad.
Diriwayatkan dari Utsman r.a.
هَمُّ الدُّنْيَا ظُلْمَةٌ فِى الْقَلْبِ وَهَمُّ الْاَخِرَةِ نُوْرٌ
فِى الْقَلْبِ
“Kesedihan
dalam urusan dunia dapat menggelapkan hati, dan kesedihan dalam urusan akhirat bias
menerangi hati.”
Maksud dari ungkapan di atas dari tinjauan tasawuf adalah
bahwa seseorang pada umumnya akan lupa dan lengah terhadap kepentingan akhirat
apabila terlalu disibukkan oleh perkara-perkara dunia. Kerana itulah hatinya
akan menjadi gelap. Berbeda apabila orang tersebut dalam mengurus keduniaan
semata-mata untuk kepentingan akhiratnya dengan hati yang ikhlas.
Misa1nya ahli perniagaan yang menggunakan harta kekayaannya
untuk kepentingan jihad dan perjuangan Islam seperti apa yang dicontohkan oleh
sahabat Abdurrahman bin Auf r.a. dan Uthman bin Affan r.a., pakar sains dan
teknologi yang menggunakan kepakarannya untuk menjunjung tinggi agama Islam
seperti sahabat Salman al-Farisi yang pakar strategi perang.
Sebaliknya seseorang yang menyibukkan dirinya untuk memikirkan
hal-hal akhirat akan menyebabkan hatinya terang benderang sehingga dengan mudah
hidayah dan irsyad Allah SWT menuntun dirinya ke hadirat Tuhannya.
Bagaimanapun, tentunya sudah pasti apa yang dia fikirkan tentang akhirat
tersebut tidak bertujuan untuk kepentingan dunia dan ia lakukan hanya
semata-mata ingin mendapat ridha dari Allah SWT.
Wallahu a’lam