PPCBlogger

Bebas Bayar

bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online
Showing posts with label Nashaihul 'Ibad. Show all posts
Showing posts with label Nashaihul 'Ibad. Show all posts

Dua Kesedihan



Sedihan adalah salah satu perasaan yang dianugerahkan Allah kepada setiap manusia. Karena adanya perasaan sedih itulah, kita dapat melakukan perenungan atau introspeksi diri atas apa yang telah kita lakukan. Meskipun introspeksi tidak mesti harus menunggu kehadiran perasaan sedih. Berikut ini adalah dua buah perasaan sedih yang mempunyai implikasi berbeda terhadap diri kita, yang dikutib dari kitab Nashoihul ‘Ibad.



Diriwayatkan dari Utsman r.a.
هَمُّ الدُّنْيَا ظُلْمَةٌ فِى الْقَلْبِ وَهَمُّ الْاَخِرَةِ نُوْرٌ فِى الْقَلْبِ
“Kesedihan dalam urusan dunia dapat menggelapkan hati, dan kesedihan dalam urusan akhirat bias menerangi hati.”

Maksud dari ungkapan di atas dari tinjauan tasawuf adalah bahwa seseorang pada umumnya akan lupa dan lengah terhadap kepentingan akhirat apabila terlalu disibukkan oleh perkara-perkara dunia. Kerana itulah hatinya akan menjadi gelap. Berbeda apabila orang tersebut dalam mengurus keduniaan semata-mata untuk kepentingan akhiratnya dengan hati yang ikhlas.

Misa1nya ahli perniagaan yang menggunakan harta kekayaannya untuk kepentingan jihad dan perjuangan Islam seperti apa yang dicontohkan oleh sahabat Abdurrahman bin Auf r.a. dan Uthman bin Affan r.a., pakar sains dan teknologi yang menggunakan kepakarannya untuk menjunjung tinggi agama Islam seperti sahabat Salman al-Farisi yang pakar strategi perang.

Sebaliknya seseorang yang menyibukkan dirinya untuk memikirkan hal-hal akhirat akan menyebabkan hatinya terang benderang sehingga dengan mudah hidayah dan irsyad Allah SWT menuntun dirinya ke hadirat Tuhannya. Bagaimanapun, tentunya sudah pasti apa yang dia fikirkan tentang akhirat tersebut tidak bertujuan untuk kepentingan dunia dan ia lakukan hanya semata-mata ingin mendapat ridha dari Allah SWT.

Wallahu a’lam

Dua Kemuliaan



Kemuliaan Abu Bakar ra. dan Umar ra.


عِزُّ الدُّ نْيَا بِلْمَالِ وَعِزُّ الْآ خِرَةِ بِصَا لِحِ الْأَ عْمَالِ
‘Umar Radhiyallahu 'anhu berkata, (kemuliaan dunia dengan banyaknya harta. Dan kemuliaan akhirat adalah dengan bagusnya amal).  Maksudnya, urusan dunia tidak akan lancar dan sukses kecuali dengan dukungan harta benda. Demikian pula perkara akhirat tidak akan menjadi sempuran kecuali dengan amal perbuatan yang baik.


صِفْ لِى حَسَنَاتِ عُمَرَ , فَقَالَ : لَوْ كَانَتِ الْبِحَارُ مِدَادًا وَالشَّجَرُ اِقْلَامًالَمَا حَصَرْتُهَا, فَقَالَ صِفْ لِى حَسَنَاتِ اَبِى بَكْرٍ فَقَالَ: عُمَرُ حَسَنَةٌ مِنْ حَسَنَاتِ اَبِى بَكْرٍ.


Dinukilkan dari Syaikh Abdul Mu’thy As-sulamy, sesungguhnya Nabi SAW pernah berkata kepada Jibril AS, ‘Gambarkanlah kepadaku tentang kebaikan-kebaikan ‘Umar’. Jibril menjawab: ‘Bila lautan menjadi tinta dan seluruh pepohonan menjadi penanya, maka aku tetap tak dapat menghitung kebaikannya. Nabi berkata lagi:, gambarkanlah kepadaku kebaikan-kebaikan Abu Bakar,”. Jibril menjawab:, ’Umar adalah salah satu gambaran dari semua gambaran kebaikan Abu Bakar.’”

Dua Jenis Dosa

Dosa Kecil Bisa Menjadi Besar Dan Dosa Besar Bisa Mendapatkan Ampunan

Dua Jenis Dosa – Secara umum dosa dibedakan menjadi dua golongan besar. Yang pertama adalah dosa kecil, dan yang kedua adalah dosa besar. Namun demikian, keduanya, yaitu dosa besar dan dosa kecil,bisa saja berkebalikan kedudukannya. Hal ini tergantung bagaimana sikap seorang hamba yang melakukan dosa itu sendiri. Berikut ini postingan yang membahas mengenai dua jenis dosa yang dikutip dari terjemahan ringkasan kitab Nashoihul ‘Ibad karya Imam Nawawi Al Bantani.

Dua Dasar Kemaksiatan

Jangan Pernah Bersikap Sombong


Dua Dasar Kemaksiatan – Manusia diciptakan oleh Allah SWT. dengan dibekali berbagai kelebihan dan kesempurnaan. Namun demikian manusia juga diciptakan dengan berbagai kelemahannya. Dengan adanya kelemahan-kelemahan yang disematkan Allah dalam diri manusia itu, akan memunculkan potensi kesalahan dan kealpaan. Oleh karenanya manusia juga diberikan predikat tempatnya salah dan lupa. Nah, berikut akan kami sampaikan dua dasar atau alasan terjadinya kemaksiatan pada diri manusia yang dikutib dari buku ringkasan Nashoihul Ibad..

Sufyan Ats-Tsaury ra. berkata, “Setiap kemaksiatan yang timbul dari dorongan nafsu masih bisa
diharapkan ampunannya. Sedangkan setiap kemaksiatan yang timbul dari dorongan kesombongan, maka tidak dapat diharapkan ampunanya.

Nafsu adalah salah satu fitrah manusia yang diberikan Allah SWT. kepada setiap manusia. Kita diperintahkan untuk mengendalikan dan menjaganya agar nafsu itu tidak salah arah. Kita juga telah diberikan rambu-rambu agar nafsu tersebut dapat tersalurkan dengan baik.

Dosa atau kemaksiatan yang timbul akibat dorongan nafsu masih ada kesempatan diampuni oleh Allah SWT. hal ini karena memang nafsu, salah dan lupa telah menjadi salah satu naluri dan sifat manusia. Dan karena kemurahan Allah SWT. kita akan diampuni-Nya dengan taubat yang sebenar-benar taubat. Karena Nabi Adam as. tergelincir dalam dosa yang menyebabkannya dikeluarkan dari surge adalah karena nafsu.

Sedangkan kemaksiatan dan dosa yang dilakukan karena kesombongannya kepada Allah SWT. maka tertutuplah ampunan Allah kepadanya. Hal ini dikarenakan kedurhakaan iblis bersumber dari sikap sombong yang dimilikinya. Sehingga laknat Allah lah yang didapatkan hingga hari kiamat kelak.

Demikian tadi postingan mengenai dua dasar kemaksiatan yang dapat kami bagikan kepada pembaca sekalian. Semoga apa yang telah dibaca dapat diambil pelajaran dan hikmah dalam menjalani kehidupan ini.

Wallahua’lam bishshowab

Dua Perintah Nabi Agar Bergaul Dengan Ulama



Dekat dengan Ulama dan Memperhatikan Nasihat Hukama 


Nabi saw bersabda :

عَلَيكُم بِمُجَا لَسَةِ العُلَمَاءِ وَاستِمَا عِ كَلاَ مِ الحُكَمَاءِ فَإِ ن اللهَ تَعَا لَى يُحيِى القَلبَ المَيِتَ بِنُورِ الحِكمَةِ كَمَا يُحيِى الأَ رضَ المَيتَةَ بِمَاءِ المَطَرَ

"Hendaklah kalian bergaul dengan ulama dan mendengarkan ucapan hukama, karena Allah ta'ala menghidupkan kembali hati yang mati dengan cahaya hikmah, sebagaiman Dia menghijaukan tanah gersang dengan air hujan."

Dua Perumpamaan Masuk Kubur Tanpa Bekal


Laksana Mengarungi Lautan Tanpa Bahtera

1. Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. pernah berkata :
 
مَنْ دَ خَلَ الْقَبْرَ بِلاَ زَادٍ فَكَأَنَّمَا رَكِبَ الْبَحْرَ بِلاَ سَفِيْنَةٍ

"Barangsiapa masuk kubur tanpa membawa bekal, maka seakan-akan dia mengarungi lautan tanpa perahu."

2. Rasulullah saw. bersabda :

مَا الْمَيِّتُ فِى قَبْرِهِ إِلَّا كَا لْغَرِ يْقِ الْمُغَوِّثِ

“Keadaan mayat di dalam kubur itu tak ubahnya seperti orang yang tenggelam yang meminta pertolongan.”

Demikian postingan tentang Perumpamaan Masuk Kubur Tanpa Bekal yang dapat disampaikan, semoga dapat menambah pemahaman dan manfaat bagi pembaca sekalian.

Sumber : Ringkasan Terjemah Kitab Nashaihul 'Ibad 


Dua Hal Yang Paling Utama


Iman dan Kepedulian Sosial


Dua hal yang paling utama adalah iman dan kepedulian sosial. Hal ini sebagaimana dalam hadits Rasulullah saw. Nabi saw. bersabda :

خَصْلَتَانِ لَاشَيْءَ اَفْضَلُ مِنْهُمَا اَلْإِيْمَانُ بِاللهِ وَالنَّفْعُ لِلْمُسْلِمِيْنَ
 "Ada dua perkara yang tidak bisa diungguli keutamaannya oleh yang lain, yaitu : Iman kepada Allah dan member manfaat kepada sesama muslim."

Memberi manfaat kepada sesama muslim bisa dilakukan dengan ucapan, kekuasaan, harta benda maupun tenaga.

Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda : "Barangsiapa berada pada pagi hari tanpa bermaksud menzhalimi seseorang pun, maka dosa-dosanya diampuni. Dan barangsiapa berada pada pagi hari dan berniat untuk menolong orang yang teraniaya serta memenuhi keperluan orang Islam, maka mendapatkan pahala seperti pahala haji mabrur."

Nabi saw
juga bersabda : "Manusia yang paling dicintai Allah adalah manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain. Amal yang paling utama adalah menyenangkan hati orang mukmin dengan  cara menghilangkan kelaparan dan kesusahan atau melunasi utangnya. Ada dua perkara yang sangat kotor dan keji, yaitu menyekutukan Allah dan menimbulkan kemadharatan bagi kaum muslim."


Sumber : Ringkasan Terjemah Kitab Nashaihul 'Ibad