Shalat adalah ibadah paling menentukan posisi seorang
hamba di kahirat kelak. Jika shalatnya baik, maka baiklah nilai amal yang lain,
begitu pula sebaliknya. Wajar jika iblis menugaskan tentara khususnya untuk
menggarap proyek ini. Ada setan spesialis yang mengganggu orang shalat,
menempuh segala cara agar shalat seorang
hamba kosong dari nilai atau minimal rendah kualitasnya. Setan itu bernama
‘Khanzab’.
Utsman ra. Pernah bertanya kepada Rasulullah saw. : “Wahai Rasulullah, setan telah mengganggu
shalat dan bacaanku”. Beliau bersabda :
“Itulah setan yang
disebut dengan ‘Khanzab’, jika engkau merasakan kehadirannya maka bacalah
ta’awudz kepada Allah dan meludah kecillah ke arah kiri tiga kali”. (HR.
Ahmad)
Utsman melanjutkan : “Akupun melaksanakan wejangan Nabi tersebut dan Allah mengusir gangguan tersebut”.
Melafadzkan Niat
Sebagaimana halnya dengan wudhu , serangan pertama yang
dilakukan setan kepada orang yang shalat adalah menyibukkan ia untuk
melafadzkan niat. Terkadang diiringi dengan gerakan aneh, dia membaca niat lalu
mengangkat tangannya, lalu gagal dan menurunkan kembali tangannya. Dia ulangi
lagi seperti itu berkali-kali hingga terkadang imam sudah rukuk atau sujud,
sementara ia masih dipermainkan setan dalam niat dan takbirnya.
Niat dan usaha menghadirkan hati memang dituntut ketika
hendak shalat, namun tak ada tuntunan sedikitpun bagi orang yang hendak shalat
untuk melafadzkan niatnya.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Zaadul Ma’ad berkata :
Nabi saw. memulai shalatnya dengan bacaan ‘Allahu Akbar’,
dari Nabi saw. beliau tidak membaca apapun sebelumnya dantidak melafadzkan
niatnya sama sekali. Beliau tidak mengatakan : ushalli…, ‘aku niat shalat anu karena Allah menghadap kiblat empat
rekaat sebagia imam (sebagai makmum) …’. Tidak pula beliau mengatakan
‘ada’an’ atau ‘qadhaan’, atau ‘fardhan’ dan sebagainya. Semua itu tidak ada
yang disebutkan dalam sedikitpun dalam hadits yang shahih atau dhaif, tidak
pula terdapat dalam musnad atau mursal, walau hanya satu kalimat saja. Bahkan
para sahabat pun tidak ada yang mengerjakannya, tidak ada tabi’in yang
menganggapnya baik, begitupun dengan empat madzhab.
Orang-orang yang membacanya keliru memahami perkataan
imam Syafi’i yang berbunyi : ‘Shalat itu tidak sebagaimana shaum, tidak ada
orang yang memulai shalat kecuali dengan dzikir’. Mereka menyangka bahwa yang
dimaksud beliau adalah melafadzkan niat, padahal yang dimaksud tidak lain
hanyalah takbiratul ihram”.
Ingat Ini, Ingat Itu
Serangan kedua, setan akan mendatangi orang yang tengah
mengerjakan shalat untuk mnegingatkan urusan di luar shalat. Maka berapa banyak
orang yang jasadnya mengerjakan shalat namun hatinya sibuk menghitung laba rugi
perniagaan, mengingat barang yang telah hilang, atau bahkan urusan kebaikan
yang tidak ada hubungannya dengan shalat. Tidak heran jika usai shalat
seseorang menjadi ingat letak barang yang mana iatelah lupa sebelumnya. Setan
rela membantu orang itu untuk mengingatkan dan menemukan barangnya kembali,
asalkan shalat yang dikerjakan menjadi rusak dan tidak bermutu. Pernah di zaman
salaf seseorang kehilangan barang, seseorang menyarankan agar ia mengerjakan
shalat dan diapun segera melaksanakan shalat. Ajaib, usai shalat tiba-tiba ia
langsung beranjak dari tempatnya dan mengambil barang yang telah ia ingat
letaknya ketika shlaat. Diapun ditanya : “Apa yang anda dapatkan ketika
shalat?” dia menjawab : “Aku mendapatkan bahwa setan mencuri perhatian saya
dari shalat”.
Ada yang terlalu asyik dengan khayalan dan pikirannya
tentang urusan di luar shalat, hingga dia lupa sudah berapa rekaat yang telah
dia kerjakan. Nabi saw. bersabda :
“Jika adzan untuk
shalat dikumandangkan, setan akan lari terbirit-birit sambil mengeluarkan bunyi
kentutnya sehingga tidak mendengar adzan. Jika adzan telah usai diapun akan
kembali menggoda. Ketika iqamah setan akan mendatangi orang yang shalat lalu membisikkan ke hati
seseorang sembari berkata : ‘Ingat ini… ingat itu…’ setan mengingatkan apa-apa
yang telah dia lupakan sehingga seseorang tidak mengetahui berapa rekaat yang telah
dia kerjakan”. (HR. Bukhari)
Ragu Antara Kentut dan Tidak
Ada kalanya muncul dalam benak seseorang keraguan, apakah
dia kentut atau tidak. Ini adalah keraguan yang dihembuskan oleh setan untuk
mengacaukan shalat seseorang. Dia tidak lagi konsentrasi dengan shalatnya
karena ragu, atau dia akan membatalkan shalatnya, lalu dia berwudhu dan memulai
lagi shalatnya lagi, lalu dia akan digoda lagi dengan cara yang sama. Sehingga
untuk satu shalat dia bias mengulangi tiga sampai empat kali berwudhu. Bisa
dibayangkan seandainya ada lima orang saja dalam satu masjid niscaya cukup
mengacaukan jamaah yang lain.
Untuk menangkal godaan tersebut Nabi memberikan solusi
dan informasi sebagai berikut :
“Jika salah seorang diantara kalian mendapatkan yang demikian
itu maka janganlah membatalkan shalatnya hingga dia mendengar suaranya dan
mencium baunya tanpa ragu”. (HR. Ahmad)
Diantara ulama ada yang menyebutkan bahwa hadist ini
merupakan salah satu pengecualian dari hadist da’ ma yariibuka ilaa ma laa yariibuka, tinggalkan apa yang
meragukan. Dalam kasus ini kita dilarang membatalkan shalat kendati berada
dalam keraguan antara kentut dan tidak, kecuali jika mencium bau kentut atau
mendengar suaranya.
Mencuri Perhatian
Kita juga sering melihat atau bahkan mengalami sendiri
menengok ketika shalat terkadang tanpa terasa karena terbiasa. Ini juga
taklepas dari serangan setan yang ingin merusak shalat kita. Nabi ditanya
tentang orang yang menoleh ke kanan dank e kiri, Beliau menjawab :
“Itu adalah setan
yang mencuri perhatian seorang hamba dari shalatnya”. (HR. Bukhari dan Abu
Dawud)
Untuk menangkal serangan ini, hendaknya seseorang yang
shalat berusaha menghadirkan hatinya, bahwa dia tengah berhadapan dengan Allah
Yang Maha Berkuasa atas segalanya. Jika anda malu atau takut menoleh ke kanan
dank e kiri ketika berbicara kepada pejabat, lantas bagaimana halnya jika Anda
sedang berkomunikasi dengan sang pencipta dan penguasa para pejabat itu?
Sumber : Majalan Ar-Risalah – No.38/th4 Jumadil Akhir –
Rajab 1425 H / Agustus 2004 M
No comments:
Post a Comment