Insan pertama yang menyambut dakwah islam adalah seorang
wanita, yakni Khadijah binti Khuwailid. Yang pertama kali syahid di dalam islam
juga seorang wanita, yakni Sumayyah. Yang paling dicintai Nabi diantara semua
manusia yang ada juga seorang wanita, yakni Aisyah. Di mana Rasul pernah
ditanya tentang manusia yang paling beliau cintai maka Rasul menjawab “Aisyah”.
Tiga sosok utama kaum wanita tersebut patut dijadikan teladan
bagi wanita yang ingin mulia seperti mereka. Mereka juga layak dijadikan cermin
bagi wanita yang telah mengumumkan dirinya sebagai muslimah. Unggulan amal
mereka berbeda-beda, maka ambillah teladan yang paling sesuai dan memungkinkan
untuk anda ambil, karena dimanapun pilihan anda, pasti tak akan lepas dari kemuliaan dan keutamaan, selagi yang anda
jadikan teladan adalah satu di antara tiga tokoh teladan tersebut.
Pertama kali beriman
Nilai bagi seorang pelopor tidaklah sama dengan mereka yang
hanya ikut-ikutan. Orang yang memberikan contoh kebaikan, baginya pahala setiap
kali ada orang yang mengikuti jejaknya.
Begitu pula sebaliknya, para pelopor maksiat ikut menanggung dosa setiap orang
yang melakukan maksiat karena mengikutinya.
Khadijah adalah pelopor kaum wanita dalam hal kebaikan. Dia
paling dahulu beriman di saat manusia ingkar, beliau paling gigih membantu
dakwah nabi di saat yang lain memusuhinya. Beliau berani tampil beda dengan
keimanannya di tengah arus jahiliyah yang mencapai puncaknya.
Jika ada seorang wanita yang berani tampil beda dhahir dan
bathinnya dengan keimanannya, meski masyarakat masih asing melihatnya, maka dia
menyerupai Khadijah yang dikatakan nabi sebagai ‘khairun nisa’, sebaik-baik
wanita. Dia tidak akan membiarkan orang lain mendahului dia salam hal iman dan
amal shalih. Begitu datang kepadanya perintah dariAllah dan Rasul-Nya, ketika
itu juga dia melaksanakannya, meskipun orang lain belum ada yang mendahuluinya.
Ketika datang kepadanya berita larangan, maka serta merta dia meninggalkannya,
meskipun masyarakat di sekitarnya masih akrab dengannya. Inilah karakter
muslimah yang mengambil Khadijah sebagai teladan dalam hidupnya.
Mengorbankan jiwa raganya untuk islam
Dialah Sumayyah binti Khayyath, manusia pertama yang syahid di
dalam islam demi mempertahankan keyakinannnya. Ketika Bani Makhzum segera
menangkap keluarga Yasir dan menyiksa mereka dengan bermacam-macam siksaan agar
mereka keluar dari dien mereka, mereka memaksa dengan cara mengeluarkan mereka
ke padang pasir tatkala keadaan sangat panas dan menyengat. Mereka membuang
Sumayyah ke sebuah tempat dan menaburinya dengan pasir yang sangat panas,
kemudian meletakkan di atas dadanya sebongkah batu yang berat, akan tetapi
tiada terdengar rintihan ataupun ratapan melainkan ucapan Ahad.. Ahad.., beliau
ulang-ulang kata tersebut sebagaimana yang dilakukan oleh Yasir, Ammar dan
Bilal. Ketika rasulullah menyaksikan keluarga muslim tersebut tengah disiksa
dengan kejam, maka beliau menengadahkan tangan ke langit dan berseru :
“Bersabarlah wahai
keluarga Yasir karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah jannah”.
Summayah mendengar seruan Rasulullah, maka beliau bertambah
tegar dan optimis dengan kewibawaan imannya dia mengulang-ulang dengan berani,
“Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa janjimu
adalah benar.”
Begitulah, Sumayyah telah merasakan lezat dan manisnya iman
sehingga bagi beliau kematian adalah sesuatu yang remeh dalam rangka
memperjuangkan akidahnya. Di hatinya telah dipenuhi akan kebesaran Allah Azza
wa Jalla, maka dia menganggap kecil setiap siksaan yang dilakukan oleh para
thaghut yang zhalim, yang mana mereka tidak kuasa menggeser keimanan dan
keyakinannya sekalipun hanya satu langkah semut. Hingga akhirnya Abu Jahal
membunuhnya karena berputus asa memalingkan beliau dari jalan Allah. Beliau
mengorbankan sesuatu yang paling berharga demi Penciptanya, yakni nyawanya.
Jika ada wanita yang siap menanggung segala resiko di dunia
demi mempertahankan jati dirinya sebagai muslimah dan mukminah, maka dia
mneyerupai Sumayyah. Iming-iming harta dan kemewahan tak membuatnya tertarik
jika harus ditebus dengan melepaskan jilbabnya, bercampur baur dengan laki-laki
yang bukan mahramnya atau bahkan menanggalkan keislamannya. Baying-bayang
kemiskinan, penderitaan dan ancaman juga tak menyurutkan langkah untuk tetap
istiqamah di jalan islam, komitmen dengan apa yang telah Allah syari’atkan dan
sunnah yang Nabi ajarkan. Inilah generasi Sumayyah binti Khayyath, syahidah
pertama dalam islam.
Serius mendalami ajaran islam
Az Zuhri pernah berkata, “Seandainya ilmu Aisyah
dibandingkan dengan ilmu seluruh wanita, niscaya ilmu Aisyah lebih utama.”
Aisyah adalah istri terbaik yang memperhatikan ilmu dari
Rasulullah, sehingga beliau sampai pada puncak ilmu yang mana beliau menjadi
guru bagi kaum laki-laki. Dan mereka menjadikan beliau sebagai rujukan dalam bidang hadits, sunnah dan
fikih. Hisyam bin Urwah menceritakan dari ayahnya yang berkata, “sungguh aku
telah bertemu dengan Aisyah, maka aku tidak mendapatkan seorangpun yang lebih
pintar darinya tentang al Quran, hal-hal yang fardhu, sunnah, syar’i, yang
paling banyak meriwayatkan sejarah arab, ilmu nasab, ilmu ini, ilmu itu dan
ilmu kesehatan (kedokteran),maka aku bertanya kepada beliau : “Wahai bibi,
kepada siapa anda belajar tentang ilmu kedokteran?” maka beliau menjawab :
“Tatkala aku sakit, maka aku perhatikan gejala-gejalanya, tatkala ada orang
sakit dia menyebutkan gejala-gejalanya, dan aku mendengar dari orang-orang
menceritakan perihal sakitnya, kemudian aku menghafalnya.”
Jika ada muslimah yang memiliki antusias yang tinggi untuk
mempelajari urusan agamanya, juga sesuatu yang mendatangkan maslahat bagi
umatnya, maka dia termasuk generasi Aisyah, wanita yang paling dicintai oleh
nabiyullah dan pengakuannya pula sekian banyak Wahyu Allah turun kepada
nabi-Nya. Hingga Nabi bersabda : “Ittaqillaha
fii Aisyah”, takutlah kamu kepada Allah perihal Aisyah, yakni jangan sampai
engkau menyakiti Aisyah.
Nah karakter manakah yang paling menonjol pada diri anda
antara tiga figur utama tersebut? Pastikan, anda memiliki satu karakter di
antara ketiganya.
Sumber : ar-risalah
- No.34 / Th.4 Jumadil Akhir –
Rajab 1425 H / Agustus 2004 M
No comments:
Post a Comment